Sesuai dengan namanya Walisongo, jumlah wali penyebar agama Islam di Pulau Jawa dipermulaan
abad ke 15 ada Sembilan ( 9 ), yaitu :
1.Sunan Gresik ( Syekh Maulana Malik Ibrahim)
2.Sunan Ampel ( Raden Rahmat)
3.Sunan Giri (Raden Paku)
4.Sunan Bonang ( Raden Makdum Ibrahim)
5.Sunan Drajat (Syekh Syarifudin)
6.Sunan Kudus ( Syekh Ja’far Shadiq)
7.Sunan Muria ( Raden Umar Said)
8.Sunan Gunung Jati (Sayid Syarif Hidayatullah)
9.Sunan Kalijaga ( Raden Mahmud Syahid)
1.Sunan Gresik
Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah Wali tertua diantara Walisongo. Beliau menyiarkan agama Islam di daerah Jawa Timur, khususnya Gresik, sehingga dikenal sebagai Sunan Gresik.
Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya, diantaranya dari Encyclopedie Van Nederland Indie bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke 17 dari Rasulullah SAW ,dari jalur Siti Fatimah, putri Rasulullah SAW yang istri Sayidina Ali bin Abi Thalib.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah putra seorang penyebar agama Islam yang terkenal Ibrahim Asmaraqandi yang menyiarkan agama Islam di Campa/Kamboja, atas perintah ayahnya Syekh Jamaluddin Jumadil Qubra.
Ibrahim Asmaraqandi berhasil mengajak raja Campa masuk Islam dan beliau menikah dengan putri Raja Campa yang bernama Candrawulan dan mempunyai putra Sayid Ali Rahmatullah , kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel.
Salah satu adik dari Candrawulan ( ibunya Sunan Ampel) yaitu Dewi Anarawati atau Dwarawati , dijadikan istri oleh Raja Brawijaya dari Majapahit. Dwarawati menjadi permaisuri, istri resmi tunggal, istri-istri yang lain diceraikan atau diberikan kepada para Adipati untuk dijadikan istri mereka. Menurut cerita , Dewi Dwarawati tidak mau dimadu. Raja Brawijaya pungkasan/ terakhir masuk Islam.
Salah satu istri yang dicerai oleh Brawijaya adalah Dewi Kian , seorang putri Cina, yang di-anugerahkan kepada Adipati Palembang yaitu Aryo Damar. Karena waktu itu Dewi Kian tengah hamil tua, dia tidak boleh digauli sebelum anaknya lahir.
Kemudian lahir seorang putra yang bernama Raden Patah yang menjadi anak didik Sunan Ampel dan kelak menjadi Raja Demak. Pada saat keruntuhan kerajaan Majapahit.
3.Sunan Giri
Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yakin adalah putra seorang ulama keturunan Arab yang bermukim di Samudra Pasai, Aceh yang bernama Syekh Maulana Ishak. Silsilah beliau dari Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah, istri Ali bin Abi Thalib.
Dari pihak ibundanya yang bernama Dewi Sekardadu, Sunan Giri adalah seorang cucu Raja Blambangan yang beragama Hindu yaitu Prabu Minak Sembayu. Prabu Minak Sembayu bertahta di Blambangan menggantikan Wirabumi atau Minak Jinggo, salah satu putra Hayam Wuruk, raja Majapahit. Sunan Giri merupakan saudara sepupu Sunan Ampel, dari kakek mereka Syekh Jamaluddin Jumadil Qubra.
4.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra keempat Sunan Ampel, dari perkawinan Sunan Ampel dengan Dewi Candrawati binti Brawijaya Kerthabumi. Jadi Sunan Bonang yang punya nama kecil Raden Makdum Ibrahim adalah cucu Brawijaya.
Lalu kenapa namanya sebagai Wali dikenal sebagai Sunan Bonang? Karena beliau waktu berdakwah di daerah Tuban menggunakan alat gamelan yaitu Bonang. Penduduk sangat menggemari dakwah yang dibarengi dengan gamelan bonang. Apalagi yang menabuh bonang dengan mahir adalah seorang Waliyullah, penduduk datang berbondong-bondong. Dalam khotbahnya Sunan Bonang melantunkan tembang-tembang yang berisikan pokok-pokok ajaran Islam yang amat disenangi penduduk.
Murid Sunan Bonang amat banyak dan tersebar di Tuban, Jepara , Bawean dan Madura. Beliau terkenal sebagai ulama besar yang berilmu tinggi, sifatnya sangat sabar dan santun terhadap sesama manusia meskipun berbeda agama.
5.Sunan Drajat
Nama kecil Sunan Drajat adalah Syarifuddin, putra ketiga dari Sunan Ampel, Ibunya seorang putri Tuban yaitu Dewi Candrawati atau Nyi Ageng Manila. Sunan Drajat hidup dimasa keruntuhan Kerajaan Majapahit sekitar tahun Saka 1400 atau Masehi 1478. Beliau termasuk seorang Wali yang berperan aktif membantu berdirinya Kerajaan Demak.
Sunan Drajat berwatak luhur. Seperti juga ayahnya beliau percaya bahwa jika orang telah memiliki ilmu (agama) yang banyak, niscaya mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat. Didunia mendapatkan penghormatan dari sesama manusia dan Allah akan mengangkat derajatnya diakhirat.
6.Sunan Kudus
Sunan Kudus yang bernama asli Ja’far Sadiq adalah putra Raden Usman Haji dari Jipang Panolan, dekat Blora, Jawa Tengah yang masih keturunan bangsawan. Ilmunya tinggi sehingga disebut oleh penduduk Jipang Panolan sebagai ulama besar dan terkenal juga dengan sebutannya Sunan Ngudung.
Sejak muda ,Ja’far Sadiq senang mengembara ke pelbagai pelosok daerah. Mencari ilmu, menambah pengalaman hidup dan mencari rezeki. Ini sesuai dengan ajaran ayahnya yang menganjurkan supaya umat Islam selalu bekerja keras mencari nafkah dan kalau perlu menjelajah ke seluruh pelosok jagad raya untuk mengenal kebesaran Allah SWT.
Beliau juga terkenal berjiwa sosial, sering membantu orang kecil, hatinya senang bila melihat orang kecil bersuka hati.
Selain belajar agama dari ayahnya, Ja’far Sadiq pernah menimba ilmu kepada seorang ulama dari Tiongkok yang bernama Kyai Telingsing yang bermukim antara sungai Tanggulangin dan sungai Juwana. Kyai Telingsing yang arif, melihat bahwa kelak Ja’far Sadiq akan menjadi orang besar.
7.Sunan Muria
Sunan Muria yang nama aslinya Raden Said atau Raden Prawata berdakwah disekitar Gunung Muria, disebelah utara Kota Kudus.
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga, ibunya adalah Dewi Sujinah yang kakak kandung Sunan Kudus. Sunan Muria mempunyai hubungan yang akrab dengan para wali yang lain. Menurut berbagai sumber, Sunan Muria lahir disekitar pertengahan abad ke 15.
8.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati adalah sebutan untuk Fatahillah atau Falatehan menurut sebutan Portugis. Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Sejarah mencatat namanya adalah : Syekh Nuruddin Ibrahim Ibnu Maulana Ismail, Syarif Hidayatullah, Said Kamil, Maulana Syekh Makhdum Rahmatullah.
Beliau disebut seorang sayyid artinya masih keturunan anak cucu Rasulullah SAW.Diperkirakan lahir di Pasai, Aceh pada akhir abad ke 15 atau permulaan abad ke 16. Ayahandanya adalah Maulana Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah yang masih keturunan Bani Ismailiyah. Ibunya ,adalah Ratu Mas Rarasantang, putri dari Raden Pamanarasa, Raja Pajajaran.
Pada masa kecilnya belajar kepada ayahnya sendiri. Setelah menginjak dewasa berusaha mendalami ilmu dan agama. Ilmu bisa membuat manusia sejahtera hidupnya, sedangkan agama menuntun agar tetap melangkah dijalan lurus.
Ilmu dan agama harus berjalan seimbang. Menyadari hal tersebut sepenuhnya ,Syarif Hidayatullah berangkat untuk belajar di Mekah.
Selama dua tahun berguru kepada ulama-ulama terkemuka antara lain Syeikh Tajmuddin Al-Kubra dan Syeikh Athaillah Syadzali. Kemudian melanjutkan mendalami Tasawuf di Baghdad.
Syarif Hidayatullah menjadi seorang pemuda yang menguasai berbagai bidang, pandai bicara, ahli pantun, seni sastra sehingga mampu menarik perhatian orang banyak.
Dengan menumpang kapal dagang yang biasa mengunjungi negerinya, Syarif Hidayatullah pulang untuk mengajarkan ilmunya.
9.Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga , nama kecilnya Raden Syahid adalah putra Bupati Tuban, Tumenggung Wilatikta. Ibunya bernama Dewi Nawangrum.
Disebut Sunan Kalijaga karena sering bertirakat dikali untuk membersihkan jiwanya dan dalam keheningan memohon petunjuk Gusti Allah supaya mendapatkan tuntunan yang baik dan benar, baik untuk diri sendiri maupun bagi umat. Kalijaga artinya penjaga kali; kali dalam hal ini berarti aliran, jadi Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang menjaga semua aliran atau kepercayaan yang hidup di masyarakat. Beliau memang seorang wali yang kondang dan amat dihormati oleh para raja, bangsawan karaton maupun penduduk Jawa tradisional. Selain wali, Sunan Kalijaga adalah juga seniman dan budayawan yang besar jasanya dalam melestarikan tradisi dan budaya Jawa.
Dari perkawinannya dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak , berputra tiga yaitu:
Raden Umar Said (Sunan Muria)
Dewi Ruqayah
Dewi Sofiyah.
Perkawinannya dengan Dewi Sarokah putri Sunan Syarif Hidayatullah, Cirebon, berputra lima, yaitu :
Kanjeng Ratu Pembayun, yang menjadi istri Sultan Trenggono, raja Demak.
Nyai Ageng Panenggak yang menikah dengan Kyai Ageng Pakar.
Sunan Hadi yang meneruskan kedudukan ayahnya menjadi Kepala Perdikan Kadilangu.
Raden Abdurrahman.
Nyai Ageng Ngerang.
Sunan Kalijaga adalah wali yang sangat kuat pengaruhnya di Jawa Tengah sampai Mataram, mempunyai murid-murid yang handal yang menjadi kyai-kyai yang terkemuka dan menjadi penasihat spiritual raja-raja Jawa.
Dalam menjalankan misinya menyebarkan Islam, budaya Jawa tetap hidup. Orang Jawa mulai menyebut Gusti Allah. Mantra-mantra warisan leluhur tetap dipertahankan. Sejak masa Sunan Kalijaga pengucapan sebuah mantra dimulai dengan ucapan : Bismillahirrohmanirrohim dan ditutup dengan kata-kata : Kersaning Allah – Atas kehendak Allah.
Sunan Kalijaga berilmu tinggi, luas sekali pengetahuannya, terkenal amat bijak. Dalam menjalankan misinya menyiarkan Islam tidak pernah menyinggung dan menyakiti pihak lain, beliau sangat luwes dan memegang tata krama dalam pergaulan . Beliau dikenal wali yang sakti, mempunyai ilmu mu’jizad yang mengagumkan, namun begitu tetap rendah hati. Itulah sebabnya Sunan Kalijaga sangat dihormati semua lapisan masyarakat.
Selain itu beliau juga pujangga yang handal dengan tembang-tembang ciptaannya yang terkenal sampai hari ini dan sering dikidungkan baik oleh orang kota maupun desa.
Diantara murid Sunan Kalijaga yang terkenal antara lain adalah Sunan Tembayat dan Sunan Geseng yang menjadi salah satu pemomong Sultan Agung dari Mataram. Sunan Kalijaga telah lama meramal bahwa Kerajaan Mataram akan menjadi kerajaan besar dan penting di Nusantara.